Inovasi Disruptif Kemerdekaan Belajar Bagi Difabel Melalui Pemanfaatan Internet Menggunakan Analisis Bussines Model Canvas
Semenjak Nadiem Makarim menjabat sebagai Menteri Pendidikan di era pemerintahan Jokowi, Ia banyak melakukan inovasi disruptive dalam dunia pendidikan yang berhasil memancing kontroversi di tengah masyarakat. Beberapa inovasi disruptive tersebut adalah penghapusan ujian nasional sebagai standar kelulusan pelajar pada tingkat lembaga pendidikan pra kuliah dan program kemerdekaan belajar di tingkat lembaga perguruan tinggi. Penghapusan ujian nasional dilatar belakangi oleh ketidakefektifannya sebagai barometer kesuksesan belajar, biaya yang mahal, dan proses yang terlalu ribet. Sedangkan program kemerdekaan belajar dilatarbelakangi oleh adanya kesadaran pemerintah akan bakat dan interest yang beragam pada peserta didik. Oleh karena itu, keberagaman ini perlu di dukung dengan penyediaan akses belajar yang fleksibel.
Inovasi diatas sejalan dengan definisi pendidikan menurut.....yang mendefinisikan pendidikan sebagai upaya untuk memfasilitasi kebutuhan dan keingintahuan pelajar akan informasi yang dibutuhkannya untuk memecahkan problem yang dihadapi oleh mereka. Definisi ini sebenarnya telah diaplikasikan di lembaga perguruan tinggi dengan mekanisme penjurusan dan pemilihan SKS oleh mahasiswa pada semester tiga.
Akan tetapi, mekanisme diatas masih menyisakan rongga yang sangat pelik dimana dilapangan ditemukan adanya istilah “ salah jurusan, tersesat, dan kuliah hanya sebagai perantara untuk mendapatkan gelar, pekerjaan, status sosial “ yang mana istilah-istilah yang muncul ini menggambarkan ketidaksiapan dan ketidaksadaran mahasiswa dalam memilih jurusan. Selain faktor diatas, rumitnya proses penerimaan mahasiswa baru juga ikut serta memperparah kondisi tersebut.
Dalam kondisi ini, subjek belajar yang mendapatkan kesulitan paling tinggi dibanding subjek belajar lainnya adalah mereka yang memiliki keistimewaan berupa difabel. Pada dasarnya, penyandang difabel adalah mereka yang dipilih Allah SWT sebagai bentuk kebesaran dan kekuasaan-Nya yang dilengkapi dengan keistimewaan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu, first principal thinking dalam dunia pendidikan bagi penyandang difabel adalah upaya memfasilitasi mereka untuk menemukan jati diri melalui proses analisis diri, analisis kelemahan dan kelebihan, dan upaya untuk memperbaiki kelemahan dan meningkatkan kelebihan.
Hanya saja, first principal thinking diatas berbentrokan dengan kenyataan dimana sistem pendidikan belum mampu memberikan akses kepada mereka, bahkan terkesan mengalienasikan mereka dalam bentuk penutupan akses melalui peraturan-peraturan yang tidak realistis dan memberatkan.
Uniknya, akibat pandemi Covid 19 yang mulai merangsek Indonesia sejak satu setengah tahun yang lalu, model pendidikan dalam proses pembelajaran berubah total. Pembelajaran yang dulunya dilaksanakan secara ofline tatap muka dikonversi menjadi online dengan bantuan internet, media sosial, dan aplikasi-aplikasi meeting. Hal ini secara tidak langsung tanpa disadari menjadi sesuatu hal yang positif dan disruptif dimana model pendidikan ofline gaya lama yang menghabiskan banyak biaya terdekonstruksi dengan model pendidikan gaya baru yang lebih murah dan fleksibel.
Jika ditelusuri dan disadari lebih dalam, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh penyandang difabel dapat teratasi dengan model pendidikan gaya baru ini. selain menawarkan model pendidikan yang murah dan fleksibel, model pendidikan ini sinkron dengan definisi, first principal thinking, dan program kemerdekaan belajar yang sudah dijelaskan diatas.
Nah, untuk memetakan kesempatan dalam kesempitan diatas diperlukan analisis yang mendalam dengan cara memanfaatkan metode-metode analisis yang telah diakui secara internasional. Dalam hal ini, metode analisis yang digunakan adalah analisis Bussines Model Canvas ( BMC ) dengan basis segmenting dan targeting penyandang difabel. Dalam analisis ini, penulis menganggap bahwa pembaca telah mengetahui dan telah mengenal metode BMC sehingga tidak perlu dijelaskan secara panjang lebar disini.
Berikut analisis BMC pada proses pembelajaran berbasis internet bagi penyandang difabel. Hasil analisis ini dapat dimanfaatkan oleh PLD UIN Sunan Kalijaga maupun aktivis yang bergerak pada pemberdayaan penyandang difabel.
1. Customer Segments
Dalam analisis ini, yang perlu dicari adalah pain dan need dari penyandang disabilitas. Subjek utama yang dijadikan target adalah mahasiswa penyandang disabilitas, khususnya di UIN Sunan Kalijaga dan mahasiswa Indonesia umumnya.
Indikator |
Karakteristik |
Keluhan |
|
Peluang |
|
Segmentasi |
|
2. Value proposition
Dalam analisis ini yang perlu dicari adalah solusi dari keluhan dan kebutuhan yang dirasakan penyandang difabel.
No |
Value Proposition |
1 |
Gambar, Suara, Raba, Gerak
Suara, Raba, Gerak, Vokal
Gambar, Raba, Gerak, Vokal
Suara, Gambar, Vokal, Raba Key konsep produk : konten yang memuat unsur suara, gambar, raba, gerak, Dan vokal |
2 |
Key konsep produk : konten yang dapat membantu pemirsa menemukan ati diri, potensi diri, dan tujuan hidup |
3 |
Sistem dan regulasi Anggaran pemerintah Stigma Jarak, lokasi, dan tempat Key konsep produk : konten yang mencerahkan dan menghack akses-akses yang menghalang yang dideliver melalui internet |
4 |
Konten yang mudah dipahami Menggunakan bahasa yang sederhana dan bahasa anak muda Selalu up to date Bersifat entertainment dan menghibur Bersifat aktif dan komunikatif antara pemateri dengan pemirsa Konten yang berdurasi pendek-pendek |
3. Customer relationship
Dalam hal ini, yang dianalisis adalah bentuk dan karakteristik produk yang akan diproduksi
No |
Relationship |
1 |
Memuat kualitas gambar HD dan kolom penerjemah bahasa isyarat Memuat suara yang jelas, bersih, dan dibawakan dengan bahasaanak muda Memuat fitur yang mengarahkan pemirsa untuk menekan like,subscribe, lonceng notifikasi, dan link komunitas group |
2 |
|
3 |
Perkuliahan Seminar, workshop, dan webinar Model dan Prospek kerja di masa depan Freelance, bisnis online, dan digital marketing Tutorial menjadi freelance, berbisnis online, dan digital marketer Konten manajemen waktu dan keuangan |
4 |
Penayangan konten Terstruktur mulai dari konten-konten Psikologi, perkuliahan, dunia kerja Penayangan konten terjadwal, konsisten dan up to date setiap 3x dalam seminggu Penayangan konten terdiri atas narasumber dan pewawancara Seperti podcast, atau pemanfaatan video model whiteboard Konten yang berdurasi maksimal 10 menit Konten yang dibawakan ala anak muda, bahasa yang digunakan tidak terlalu formal dan kaku, sederhana dan mudah dicerna Konten yang tidak terlalu sepi dan tidak terlalu bising, akan tetapi antara keduanya dengan selingan musik dan slide. |
4. Channels
Dalam hal ini, yang dianalisis adalah media-media berbasis internet yang dapat digunakan untuk mendeliver konten yang akan diproduksi.
No |
Channels |
1 |
Akun Youtube , youtube studio, like, subscribe, lonceng notifikasi, dan share PLD UIN Sunan Kalijaga |
2 |
Akun Instagram personal dan instagram bisnis PLD UIN Sunan Kalijaga |
3 |
Akun Facebook dan Fanspage/halaman facebook PLD UIN Sunan Kalijaga |
4 |
Akun Whatsapp dan Group komunitas difabel dan aktivis difabel untuk Konsultasi dan penyediaan lingkungan yang mendukung bagi difabel yang Disertakan dalam semua konten yang diproduksi pada kolom deskripsi |
5 |
Rekening bank PLD UIN Sunan Kalijaga untuk kegiatan donasi, kerjasama dan Kegiatan sosial lainnya |
6 |
Endorse influencer dan patnership |
5. Key Activities
Dalam hal ini, yang dianalisis adalah kegiatan apa saja yang dilakukan untuk memproduksi konten.
No |
Key Activities |
1 |
Membuat akun youtube dan youtube studio, akun instagram personal dan instagram bisnis, akun facebook dan facebook fanspage, akun whatsapp dan group komunitas, rekening bank |
2 |
Membuat konten yang memuat keriteria-keriteria yang ada pada value Proposition yang telah disusun diatas |
3 |
Membuat jadwal pembuatan konten beserta materi yang akan dibuat |
4 |
Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan patner seperti narasumber, Influencer, buzzer, dll |
5 |
Mengupload, menayangkan, dan memasarkan konten yang sudah dibuat Melalui channels yang sudah disusun diatas |
6. Key resources
Dalam hal ini, yang perlu dianalisis adalah sumber daya yang dibutuhkan untuk memproduksi konten.
No |
Key resources |
1 |
Komputer editing |
2 |
perlengkapan casting : kamera, microphone, lighting, tripod |
3 |
Studio kecil |
4 |
Internet atau kuota |
5 |
narasumber |
6 |
Penerjamah bahasa isyarat |
7 |
Editor konten |
8 |
Pengelola akun |
9 |
Marketer digital |
10 |
Influencer, buzzer |
7. Cost Structure
Dalam hal ini, yang dianalisis adalah pengeluaran yang dibutuhkan untuk mengadakan key resources diatas
No |
Key structure |
1 |
Biaya pengadaan komputer, perlengkapan casting, inventori studio, dan internet |
2 |
Biaya honor untuk narasumber, penerjemah bahasa isyarat, editor, pengelola Akun merangkap marketer digital, dan endorsment |
8. Key Patners
Dalam hal ini, yang perlu dianalisis adalah orang-orang yang bisa diajak kerjasama untuk memenuhi kebutuhan key resources.
No |
Key patners |
1 |
Dazzle |
2 |
Penyedia Wifi kampus UIN Sunan Kalijaga |
3 |
Penyedia pernak-pernik interior |
4 |
Fuji film |
5 |
Mahasiswa ilmu komunikasi sebagai editor |
6 |
UKM jamaah sinema sebagai kameramen |
7 |
Dosen psikologi, dosen informatika, dan dosen manajemen bisnis sebagai narasumber |
8 |
Mahasiswa magang PLD sebagai penerjemah bahasa isyarat |
9 |
Rektor sebagai influencer dan komunitas pemerhati difabel sebagai buzzer |
10 |
Mahasiswa informatika sebagai pengelola akun dan marketer digital |
9. Revenue stream
Dalam hal ini, yang dianalisis adalah sumber pendapatan yang akan didapat dari kegiatan produksi dan marketing konten.
No |
Revenue stream |
1 |
Monetisasi channel youtube melalui google adsense |
2 |
Kerjasama endorsment dan sponsorship |
3 |
Afiliasi program pemerintah |
4 |
Crowdfunding program sosial untuk disabilitas |
5 |
Anggaran dari kampus untuk PLD |