Monokrom

MONOKROM

Hitam gelap kosong tak berwarna...
Seberapa jauh diri ini harus berjalan...

Sebenarnya aku tak begitu tau apa makna kehidupan yang kujalani. Jika kehidupan ku ibaratkan
sebuah buku, maka buku yang cocok untukku adalah buku dengan kertas buram yang sudah lusuh.
Kupastikan siapapun enggan mengambil buku itu.

Jika teori mengatakan setiap insan di dunia ini bisa merasakan kehangatan dan kebahagiaan maka
aku bukan insan yang mempercayai teori tersebut. Hidupku lebih lekat dengan kesunyian dan
kegelapan daripada kehangatan dan kebahagiaan. Diriku masih berjalan di jalan yang tak berujung.
Entahlah kapan kekelaman ini akan berujung.

Ataukah aku harus mengakhirinya sendiri ?

Aku saat ini berada di ujung lembah kematian. Dengan alat medis menempel di badanku. Terlalu
sulit untuk tidak berpikiran negatif setiap waktu.

"Tolong tetap hidup. Aku mungkin tidak bisa merasakan sakit yang kau rasakan. Aku tidak bisa
merasakan kesunyian kegelapan dan ketidakpastian yang mewarnai hidupmu. Tapi bisa kupastikan
aku adalah orang pertama yang akan berjalan denganmu melewati kekelaman ini."

"Aleena nama yang indah. Aku ingin berterimakasih kepada semesta karna telah menemukan aku
dengan dirimu Al."

"I'm grateful to have meet you Aleena."

Dia adalah alasan kenapa aku masih bertahan di tengah kekelaman ini.
Nathaniel, nama yang akan terus melekat di dalam hatiku. Ketika aku mendengar namanya rasanya
kehangatan mulai berlomba untuk memeluk erat diriku.

Singkat saja Tuhan,
Tolong beri dia kebahagiaan. Karna bahagianya adalah bahagiaku. Aku sudah berserah ketika diri
ini akan kau panggil menemuimu tapi didalam hati kecilku inginku berbisik pada semesta.
"Izinkan aku lepas dari segala rasa sakit dan bersamanya mengarungi kehidupan ini."

Dan dia yang kumaksud adalah kau,
Nathaniel.

Aku bisa melihat ketulusan dari matanya. Sorot matanya tak pernah pudar dalam menatapku. Dia
seperti anugrah terindah yang Tuhan hadirkan di hidupku.

Aku menderita CIPA sejak lahir. Aku tidak bisa merasakan apa itu sakit secara fisik. Dingin, panas,
perih, aku bahkan tidak tau bagaimana rasanya. Orang bilang tidak bisa merasakan sakit itu
anugrah karna sakit adalah sumber kekelaman dan kegelapan. Tetapi tampaknya anggapan itu
tidak berlaku untukku. Karna untukku, tidak bisa merasakan sakit berarti kamu juga tidak bisa
merasakan kehangatan.

Hingga akhirnya Nathan hadir di hidupku dan membawa warna baru dalam hidupku. Benar orang
bilang, jatuh cinta itu membahagiakan tapi juga menyedihkan. Aku bahagia karna bisa
mengenalnya. Jatuh cinta 2 pihak memang salah satu anugrah Tuhan yang layak untuk disyukuri.

Pertama kali aku bertemu Nathan. Aku merasakan perasaan baru yang belum pernah kurasakan
sebelumnya. Aku bisa berbagi apa saja padanya. Dia seperti pelangi ditengah hidupku yang
mendung.

Jika sendainya aku mati dan kalah dengan penyakit ini,
Biarkan aku bertemu dia di kehidupan selanjutnya Tuhan.
Izinkan Aleena dan Nathan menjalani kehidupan yang lebih baik.
Izinkan Nathan untuk mengenal Aleena yang lebih bahagia.
Izinkan Aleena untuk tidak merasakan sakit yang berujung kekelaman ini.
Izinkan kekelaman ini untuk tidak pernah singgah di hidup Aleena.

Nathan, aku menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu.
Aku harap Tuhan berbaik hati dan berpihak pada kita.

Tuhan aku bisa keluar dari kekelaman ini kan ?