PEER Teaching (Tutor Sebaya) Solusi di Tengah Pandemi

Oleh: Fradhika Maulidina (Anggota UKM EXACT Prodi Pendidikan Kimia UIN Sunan Kalijaga)

Hampir satu tahun lebih negeri ini dilanda wabah penyakit yang tak lain dan tak bukan, pneumonia coronavirus diseases 2019 atau yang lebih kita kenal Covid-19. Karena keadaan itulah yang membuat kita terpaksa menjalankan segala aktivitas sehari-hari dari rumah. Baik itu aktivitas beribadah, bekerja, maupun bersekolah. Meskipun kondisi saat ini lebih baik daripada sebelumnya, persoalan internal di negeri ini tak kunjung mendapat solusi. Khususnya persoalan di dunia pendidikan Indonesia.

Menurunnya motivasi belajar siswa Indonesia berimbas pada indeks tingkat keberhasilan belajar mengajar selama pandemi. Terlebih lagi pengaruh lingkungan rumah yang semakin membuat semangat belajar mereka terus menerus memudar. Ditambah lagi kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran daring selama pandemi. Walaupun kegiatan belajar mengajar via daring dianggap sebagai suatu gebrakan terbaru dan akan menjadi permanen di lingkungan kampus tak sedikit dari mereka yang tak setuju dengan kebijakan tersebut. Terutama bagi kalangan pelajar dan mahasiswa, mereka berdalih jika kondisi tersebut terus terjadi mereka akan kesulitan dalam menerima materi khususnya pelajar pada tingkat sekolah dasar dan menengah.

Peer Teaching, mungkin di antara kita terasa asing mendengar istilah tersebut. Istilah peer teaching sudah tak terdengar asing di kalangan para aktivis akademik, peer teaching merupakan suatu metode pembelajaran yang dimana pengajarnya adalah siswanya sendiri atau lebih singkatnya metode pembelajaran tutor sebaya. Salah satu siswa bertindak sebagai pengajar dan siswa lain bertindak sebagai murid seperti itulah gambaran sederhananya. Peer Teaching bukanlah metode pembelajaran yang baru, tetapi metode ini sudah lama ada. Akan tetapi, dalam penerapannya masih kurang efektif. Hal ini dikarenakan kegiatan belajar mengajar masih berpusat pada guru (teacher centered). Padahal kegiatan belajar mengajar dalam dunia pendidikan sudah saatnya guru hanya sebagai fasilitator. Sehingga kegiatan belajar mengajar memiliki warna yang berbeda. Artinya, hubungan antara tutor dan tutee di antara mereka, memiliki usia yang tak terpaut jauh dan mereka tak lagi merasa malu serta canggung dalam kegiatan pembelajaran.

Metode peer teaching ini, sangat cocok diterapkan pada kebijakan kurikulum 2013. Sebab dari segi penerepan psikomotorik lebih mudah untuk dipantau dan dianalisis. Hal ini dibuktikan dengan adanya proses regulasi diri antara siswa sebagai tutor maupun siswa lain sebagai tutee. Sebagaimana yang dijabarkan Ruseno Arjanggi dan Titin Suprihatin (2010) bahwa pembelajaran dengan metode tutor sebaya memberikan kebebasan kepada siswa yang menjadi tutor untuk mengembangkan metode dalam menjelaskan materi kepada teman-temannya. Dan juga mereka yang ditunjuk sebagai tutor diberi tanggung jawab oleh Pengajar mereka baik itu pelajar maupun mahasiswa, dalam penyampaian materi sesuai dengan keinginan tutee.

Secara tidak langsung dalam penerapan peer teaching dapat meningkatkan kemampuan public speaking seorang pelajar untuk mengekspresikan dirinya di khalayak umum. Terlebih lagi pada kondisi pandemi seperti saat ini, sangat direkomendasikan untuk menerapkan metode peer teaching. Meskipun dalam penerapannya masih dilaksanakan di luar jam pelajaran. Misalnya membuat suatu forum diskusi atau kelompok belajar by zoom meeting, webex, gmeet atau pun yang lain. Sehingga semua pihak yang terlibat dalam peer teaching ini mampu mengevaluasi pemahaman mereka terhadap suatu materi yang dipelajari. Tak hanya sampai di situ, peer teaching mampu menciptakan rasa menghargai antar satu sama lain. Selain itu, metode ini dapat memperkuat materi yang telah kita kuasai sebagai tutor. Lantas bagaimana penerapan peer teaching pada siswa sekolah dasar? Pada hakikatnya, sama dengan penerapan pada sekolah tingkat menengah dan lingkungan kampus. Hanya saja dalam penerapannya masih membutuhkan pengajar yang usianya sedikit terpaut jauh dengan mereka. Namun, menggunakan gaya pengajar yang santai seperti layaknya sedang bermain.

Forum diskusi dalam implementasi dari peer teaching, secara tersirat dapat mempersiapkan generasi muda yang kritis, kreatif, dan inovasi. Dengan begitu, peer teaching dapat selaras dengan perkembangan IPTEK di era industri 4.0 ini. Yopi Nisa Febianti (2014) menegaskan bahwa yang paling penting dari penggunaan metode pembelajaran tutor sebaya adalah melatih siswa agar dapat memberanikan diri berbicara di depan kelas, yang dalam hal ini adalah melatih siswa mengajar teman-temannya, sehingga para siswa dapat merasakan kenikmatan dan kenyamanan dalam belajar.

Dengan demikian, dapat mengubah pandangan siswa mengenai suasana kelas yang suram dan serius yang cenderung membosankan terlebih lagi di tengah pandemi. Terciptanya suasana kelas yang menyenangkan otomatis dapat menumbuhkan motivasi belajar dan sikap positif juga aktif para siswa dalam menerima pembelajaran.

*Tulisan ini sudah dimuat di koran cetak Pos Belitung